QUR’ANIC INSPIRATION NEWS | visibangsa.com – Bogor, Sebagai seorang Muslim yang beriman kepada al-Qur’an dan sering berinteraksi dengannya, tentu sangat akrab dengan ayat yang ada dalam surat al-Insyirah berikut ini.
Allah SWT mengatakan فَاِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا yang artinya, “Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,” lalu diulang lagi اِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا ؕ yang artinya, “Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan,” (QS al-Insyirah ayat 5-6).
“Firman Allah dalam ayat diatas menjelaskan tentang adanya kemudahan dibalik kesulitan yang yang kita hadapi,” tulis Dr. Syukron Ma’mun, Jumat pagi (2-8-2024) yang disampaikan melalui jejaring pesan singkat whatspp.
Menurut akademisi Univesitas Ibn’ Khaldun Bogor ini, pesan Allh SWT yang menyatakan akan ada kemudahan dibalik kesulitan itu bersifat pasti terjadi, bahkan bukan hanya akan mendapat satu kemudahan tetapi banyak kemudahan.
“Hal ini bisa kita lihat dari susunan kalimat dalam ayat tersebut,” ujar Syukron MMaa’mun sebagaimana diuraikan berikut ini;
Pertama, ayat 5 dan 6 surat al-in syirah tersebut diawali dengan huruf ان/inna yang artinya sesungguhnya. Dimana huruf inna ini sebagai huruf taukid yang berfungsi menguatkan dan menegaskan, sehingga hal ini dapat menghilangkan sak wasangka dan keraguan dihati para pendengarnya dan yang mengimaninya.
Kedua, adanya huruf مع yang bermakna bersama atau beserta, dalam kitab Mughni Labiib Ibnu Hisyam diantara fungsi مع adalah موضع الاجتماع atau kebersamaan. Ada juga Imam Ahmad Showi dalam hasiyah tafsir jalalain-nya mengatakan ma’a tersebut bermakna ba’da. Artinya baik bermakna bersama maupun ba’da, hal ini untuk menegaskan tentang adanya kemudahan bersama dengan kesulitan atau setelah kesulitan, hal ini bersifat cepat dan tidak lama.
Ketiga, Adanya pengulangan lafadz al-usri (kesulitan) yang diungkapan dengan kalimat isim ma’rifat (khusus) dan Yusron (Kemudahan) dengan isim nakirah (umum), hal ini untuk menunjukan bahwa kesulitan itu hanya satu, sedangkan kemudahan itu lebih dari satu. Dengan kata lain, dibalik satu kesulitan ada tersedia banyak kemudahan, dibalik satu masalah ada banyak solusi atau jalan keluarnya.
Hal ini dijelaskan dalam ilmu balaghoh,
ثُمَّ مِنَ الْقَوَاعِدِ المُشْتَهِرَهْ … إِذَا أَتَتْ نَكِرَةٌ مُكَرَّرَهْ –
تَغَايَرَا وَإِنْ يُعَرَّفْ ثَانِي … تَوَافَقَا كَذَا الْمُعَرَّفَانِ
Artinya, “Sebagian dari kaidah yang sudah masyhur yaitu apabila ada isim nakiroh yang penyebutannya diulang, maka maksud keduanya tidak sama alias berbeda, dan apabila yang kedua isim makrifat, maka makna keduanya sama , begitu juga jika keduanya isim makrifat,” Uqudul juman fii ilmi ma’aani wal bayan (bait 137-138)
Lebih menarik lagi, menurut Dr. Syukron Maaa’mun jika dilihat dari susunan kalimatnya bahwa يسرا (Kemudahan) itu dibaca nasab sebagai isim inna yang diakhirkan sedangkan مع العسر (kemudahan) sebagai Khobar inna yang di dahulukan
“Hal ini menegaskan bahwa Ketika ada kesulitan, ada masalah, maka fokuslah kepada jalan keluar fokuslah kepada kemudhannya jangan focus kepada masalahnya, jangan focus kepada kesulitannya,” jelas Syukron seraya menegaskan bahwa isyarat ini juga untuk mencapai kemudahan-kemudahan dalam hidup, kita harus melalui kesulitan kesulitan, ujian, tantangan, dan tempaan.
Surat al-insyirah khususnya ayat 5-6 merupakan hiburan dari Allah kepada Nabi Muhammad shollahu alaihi wasallam, dan juga hiburan bagi kita sebagai ummatnya.
Disimpulkan akademisi yang juga untadz kondang di Bogor ini, dibalik satu kesulitan di dunia akan ada dua kemudahan, yakni kemudahan didunia dan kemudahan diakherat. “Live is choice, hidup adalah pilhan,” tegasnya.
Jika saat muda dan kecil, memilih jalan yang sulit, bangun pagi, belajar dan belajar, beribadah, bekerja keras, bekerja cerdas, in syaa Allah besar dan tuanya kelak akan menemui kemudahan. Sebaliknya jika sejak kecil, dan muda, memilih jalan yang mudah-mudah saja, malas-malasan, hanya main dan hura-hura, maka ketika besar dan tua kelak, akan menghadapi kesulitan.
“Susah memang menjadi orang sukses, akan tetapi lebih susah lagi jika tidak sukses. Semoga bermanfaat, wallaahu a’lamu bi As-showaab,” pungkas Dr. Syukron Ma’mun Al-Bhogori | red.