BERITA PENDIDIKAN | VISIBANGSA.COM Medan – Nama Universitas Sumatera Utara (USU) belakangan sering disebut publik, sayangnya bukan karena prestasi akademik atau kejayaan riset yang membanggakan. Kampus yang dahulu menjadi simbol intelektualitas rakyat Sumut itu kini kerap dicibir, lantaran diseret-seret dalam isu politik dan bahkan tak luput dari tudingan keterkaitan dengan praktik korupsi.
Bagi sebagian masyarakat, kabar ini sungguh menyedihkan. USU yang sejak berdiri tahun 1952 dikenal sebagai mercusuar pendidikan di luar Jawa, kini seolah kehilangan cahaya. Kepercayaan publik terkikis, sementara marwah kampus dipertanyakan.
Di tengah situasi itu, muncul sosok Prof. Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum, guru besar Fakultas Hukum USU yang kini maju sebagai calon rektor. Dengan latar akademik dan rekam jejak panjang di dunia hukum, Prof. Hasim tampil membawa gagasan untuk bangkit dan mengembalikan USU pada khitahnya: sebagai pusat akademik dan riset unggulan, sekaligus kebanggaan rakyat Sumatera Utara.
VISIBANGSA.COM di akhir pekan ini, Sabtu (20/09-2025) berkesempatan berbincang dengan calon rektor yang dikenal sederhana itu, berikut petikannya.
USU kini jadi sorotan warga masyarakat, bukan karena prestasi akademik dan keunggulan risetnya, tapi justru terseret-seret isu politik, bahkan dikait-kaitkan dan dituding terlibat korupsi. Komentar anda?
“Terus terang saya prihatin melihat kondisi ini. USU adalah universitas besar dengan sejarah panjang. Nama besar ini mestinya identik dengan kualitas riset, keunggulan akademik, dan kontribusi nyata bagi masyarakat. Tetapi kini, banyak suara sumbang yang muncul, bahkan ada tudingan soal keterlibatan dalam isu politik dan korupsi.
Kita tidak bisa menutup mata. Situasi seperti ini jelas merusak citra institusi dan menggerus kepercayaan publik. Karena itu, ke depan diperlukan kepemimpinan yang bersih, transparan, dan independen. Kampus harus kembali ke relnya: pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat. USU tidak boleh terseret kepentingan politik praktis, apalagi jadi alat kekuasaan.”
Apa langkah dan program anda sebagai calon rektor agar bisa mengembalikan kepercayaan publik dan menjadikan kembali USU sebagai pusat riset dan pendidikan tinggi yang bisa diandalkan warga, bangsa dan negara?
“Langkah pertama adalah membangun kembali integritas tata kelola kampus. Transparansi keuangan, akuntabilitas setiap program, dan partisipasi sivitas akademika dalam pengambilan keputusan harus ditegakkan. Dengan sistem yang terbuka, publik bisa melihat bahwa USU dikelola secara bersih.
Langkah kedua, memperkuat basis riset dan publikasi ilmiah. Kita punya banyak dosen dan peneliti berkualitas. Tugas pimpinan adalah menyediakan fasilitas, dukungan, serta iklim akademik yang sehat agar mereka bisa melahirkan riset bermutu yang diakui nasional maupun internasional.
Ketiga, mendekatkan kampus pada masyarakat. USU tidak boleh terkurung di menara gading. Kampus ini harus hadir memberi solusi nyata atas persoalan daerah: dari pertanian, kesehatan, teknologi, hingga sosial budaya. Kalau masyarakat merasakan manfaat langsung, maka kepercayaan publik akan pulih.
Dan yang tak kalah penting, membangun budaya akademik yang bebas intervensi politik. Kampus adalah rumah intelektual, bukan arena perebutan kekuasaan. Jika nilai ini dijaga, USU akan kembali jadi kebanggaan rakyat Sumut, bahkan Indonesia.”
Di akhir perbincangan, Prof. Hasim menegaskan bahwa pemilihan rektor kali ini harus menjadi momentum kebangkitan USU.
“USU adalah kebanggaan kita semua. Mahasiswa, dosen, alumni, hingga rakyat Sumut menaruh harapan besar. Kita harus bangkit, bukan hanya demi nama baik universitas, tapi demi kontribusi USU untuk bangsa,” ungkasnya. | red.
