Di masjid kampus yang ia dirikan, nama KH. Sholeh Iskandar kembali dihidupkan. Bukan sekadar sebagai figur sejarah, tetapi sebagai teladan perjuangan yang relevan melintasi zaman. Dan bagi para jamaah yang hadir hari itu, panggilan “Pahlawan Kita” untuk beliau bukan lagi sekadar seremonial—melainkan komitmen moral untuk terus memperjuangannya.
Berita Sosial Politik | VISIBANGSA dotkom, Bogor, Sabtu (15/11/2025) – Suasana Masjid Kampus Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor pagi itu terasa istimewa. Ratusan warga, aktivis ormas Islam, tokoh masyarakat, dan akademisi berkumpul dalam Tabligh Akbar Peringatan Hari Pahlawan dan Bela Palestina.
Lokasinya sendiri adalah simbol kuat: kampus megah di Jl. KH. Sholeh Iskandar itu, berdiri dari gagasan dan perjuangan seorang ulama-pejuang yang namanya terus diperjuangkan untuk mendapatkan penghargaan negara sebagai Pahlawan Nasional.
KH Sholeh Iskandar—mantan tentara berpangkat Mayor, pendidik, penggerak ekonomi syariah, pendiri rumah sakit Islam Bogor, sekaligus tokoh ormas—muncul kembali sebagai figur yang layak menyandang gelar Pahlawan Nasional. Sejarahnya menggambarkan sosok pemimpin perubahan di berbagai sektor sejak masa revolusi hingga pembangunan masyarakat modern.
“Fakta-fakta telaah secara akademis sudah selesai. Kita tinggal memperjuangkannya secara politik,” tegas Rektor UIKA, Prof. Dr. H. E. Mujahidin, M.Si., di hadapan para aktivis yang memenuhi ruang masjid kampus tersebut.
Dalam acara itu hadir pula sejumlah tokoh utama: Prof. Dr. KH. Didin Hafidudin, Dr. MS Kaban, serta Dr. Dwi Sudarto sebagai Ketua Yayasan RSI Bogor, KH. Memet Djalaluddin aktifis Islam Pemimpin Perguruan Birul Walidain dan sejumlah tokoh lainnya. Mereka mengenang perjuangan multi dimensi KH Sholeh Iskandar, mulai dari perjuangan bersenjata, pendidikan, ekonomi syariah, kesehatan, hingga organisasi kemasyarakatan.
Salah satu yang paling lantang menegaskan urgensi pengakuan negara adalah tokoh nasional sekaligus politisi Islam, Dr. MS Kaban. Dengan suara penuh tekanan moral, ia menyampaikan apresiasi mendalam terhadap sosok yang ia sebut sebagai pejuang sempurna.
“Melihat fakta-fakta jejak perjuangannya, KH Sholeh Iskandar adalah tokoh pejuang paripurna. Gelar tertinggi beliau insya Allah assyuhada, bukan sekadar pahlawan nasional,” ujar MS Kaban, mantan Menteri Kehutanan dan dosen UIKA Bogor. Pernyataan itu langsung disambut pekikan takbir berulang dari jamaah yang hadir.
Meski tahun ini upaya pengusulan gelar Pahlawan Nasional kembali belum berhasil, tekad warga Jawa Barat—khususnya masyarakat Bogor—tidak melemah sedikit pun. Justru kegagalan itu menjadi penegas bahwa perjuangan ini harus diteruskan sampai pengakuan negara benar-benar diberikan.
KH Sholeh Iskandar dikenang melalui kontribusi besarnya:
— Perjuangan bersenjata di masa revolusi kemerdekaan.
— Pendidikan, pendirian Pesantren Pertanian dan UIKA Bogor.
— Ekonomi syariah, dengan mendirikan bank syariah.
— Kesehatan, lewat pendirian Rumah Sakit Islam Bogor.
— Pengorganisasian kekuatan bangsa, membangun Legiun Veteran dan BKSPPI.
Di masjid kampus yang ia dirikan, nama Sholeh Iskandar kembali dihidupkan bukan sekadar sebagai figur sejarah, tetapi sebagai teladan perjuangan yang relevan melintasi zaman. Dan bagi para jamaah yang hadir hari itu, panggilan “Pahlawan Kita” untuk beliau bukan lagi sekadar seremonial—melainkan komitmen moral untuk terus memperjuangannya. | red.



