Minggu, Desember 7, 2025

Ketika “Harta & Keserakahan” Dikupas di Ruang Tamu MS Kaban

Must Read

BERITA EKONOMI POLITIK | VISIBANGSA.COM – Aroma kopi hangat dan kudapan sederhana menyambut setiap tamu yang siang itu memasuki rumah Dr. MS Kaban di bilangan Tanah Sareal, Kota Bogor. Di satu ruang sudut kecil rumah mantan Menteri Kehutanan era Presiden SBY itu tak seperti biasanya. Sejumlah orang duduk melingkar, wajah-wajah serius dari kalangan akademisi hingga praktisi terlihat larut dalam percakapan. Di sinilah, diskusi bulanan yang digagas MS Kaban kembali digelar, Sabtu (27/9/2025).

Tema yang dibahas kali ini tak jauh dari denyut kehidupan sehari-hari: soal harta.! Bagaimana manusia memaknainya, cara memperolehnya, dan kewajiban memanfaatkannya menurut ajaran Islam. Diskusi dipandu oleh Prof. Dr. H. Ending Badrudin, sementara Prof. Dr. KH. Didin Hafiduddin, Guru Besar IPB sekaligus mantan Ketua BAZNAS, didaulat sebagai narasumber utama.

“Menurut jumhur fuqaha, harta adalah sesuatu yang memiliki nilai. Barang siapa merusaknya, maka wajib mengganti nilainya,” ucap KH Didin, membuka paparannya. Kalimat itu langsung menarik perhatian, seakan mengingatkan para hadirin bahwa konsep harta dalam Islam jauh lebih dalam dari sekadar angka di rekening.

KH Didin lalu mengutip QS Ali Imran ayat 14, menggambarkan naluri manusia yang cenderung mencintai harta benda, emas, perak, hingga sawah ladang. “Jika tidak dilandasi iman dan takwa, naluri ini bisa menjerumuskan pada kerakusan,” katanya.

Tak lupa ia menyinggung praktik-praktik batil dalam mencari harta: korupsi, pencurian, perampasan, hingga kecurangan dalam timbangan. “Rasulullah melaknat orang yang memberi suap dan yang menerima suap,” tegasnya, membuat ruangan sejenak hening.

Pembahasan berlanjut pada pemanfaatan harta. Selain untuk kebutuhan keluarga yang wajar—makan, pakaian, rumah, pendidikan, dan kesehatan—Islam mewajibkan zakat, infak, dan wakaf. Harta, menurut KH Didin, bukan sekadar milik, melainkan amanah yang harus dipertanggungjawabkan.

Bagi MS Kaban, diskusi bulanan ini lebih dari sekadar forum intelektual. Ia ingin rumahnya menjadi ruang terbuka, tempat gagasan Islam memberi jawaban atas persoalan bangsa—dari sosial, politik, hingga ekonomi.

Menjelang sore, ketika para peserta mulai beranjak, sisa obrolan masih menggema. Seakan ada pesan yang tertinggal di ruang tamu sederhana itu: harta tak boleh membuat manusia lupa diri, karena sejatinya ia hanyalah titipan. | red

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

SOAL PAJAK BERKEADILAN : Pemerintah Zalim Jika Abaikan Fatwa MUI

NEWS & TALKS | VISIBANGSA.COM - Fatwa terbaru Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai pajak berkeadilan mendapat sambutan hangat dari...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img