Minggu, Desember 7, 2025

KOMEDI GELAP ENERGI NEGERI : Kilang Baru Direncanakan, Kilang Lama Terbakar

Must Read

OPINI SOSIAL EKONOMI | VISIBANGSA.COM – Asap hitam pekat membumbung dari Refinary Unit II Pertamina di Dumai. Langit yang semula biru berubah muram, sirene meraung, dan api melalap instalasi raksasa yang seharusnya jadi jantung energi negeri. Rabu (1/10/2025), sebuah kilang vital kembali meledak dan terbakar.

Ibarat déjà vu, publik nyaris tak kaget lagi. Seakan ini bab terbaru dari serial panjang kebakaran kilang milik Pertamina. Kita masih ingat bagaimana Depo Pertamina Plumpang di Jakarta Utara terbakar pada Maret 2023, menewaskan belasan warga dan meratakan permukiman.

Sebelumnya, Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat, dua kali terbakar dalam kurun 2021–2023, dengan kobaran api setinggi puluhan meter. Kilang Cilacap di Jawa Tengah pun pernah dilalap api pada 2021, menambah daftar panjang. Belum lagi Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur, yang juga pernah terbakar hebat. Dan kini, giliran Kilang Dumai di Riau menjadi headline.

Daftar itu membuat publik bertanya: apakah kebakaran di kilang Pertamina sudah jadi “tradisi tahunan”?

Yang menggelikan, tragedi Dumai terjadi nyaris bersamaan dengan pernyataan Menteri Purbaya yang berapi-api bicara soal membangun kilang minyak baru. Wacananya terdengar gagah: kilang baru demi kemandirian energi bangsa. Tapi apa daya, sebelum tinta berita itu kering, kilang lama sudah jadi abu. Seperti adegan satire: seorang pejabat berpidato tentang rumah megah yang akan dibangun, sementara di belakangnya rumah lama sudah terbakar.

Lebih memprihatinkan, setiap kali kebakaran terjadi, penjelasan yang muncul selalu sama: “gangguan teknis” atau “kecelakaan kerja”. Publik diberi alasan sederhana, seolah kilang minyak tak ada bedanya dengan rumah kontrakan yang terbakar akibat kompor gas meledak. Padahal, ini instalasi vital negara bernilai triliunan rupiah, dengan standar keamanan internasional. Mustahil publik menerima jawaban klise seperti itu tanpa curiga: ada apa di balik kelalaian berulang ini?

Lalu, di tengah kilang lama yang rapuh, pejabat justru bersemangat mewacanakan pembangunan kilang baru. Publik pun bergumam: apa gunanya mimpi membangun, kalau yang sudah ada tak mampu dijaga? Apa jaminannya kilang baru nanti tidak akan masuk daftar panjang kebakaran?

Kilang Dumai — dan empat kilang lain sebelumnya — bukan sekadar bangunan yang terbakar. Mereka simbol. Simbol bahwa negeri ini lebih pandai mengumbar retorika daripada merawat aset vital. Simbol bahwa manajemen energi rapuh, pengawasan lemah, dan transparansi nyaris tak pernah ada.

Jika pemerintah serius, seharusnya langkah pertama bukan lagi konferensi pers dengan kalimat template. Tapi investigasi independen yang transparan, dan perombakan total tata kelola Pertamina. Kalau tidak, rakyat hanya akan jadi penonton setia drama yang sama: “kilang lama terbakar, kilang baru direncanakan.”

Sampai hari itu tiba, retorika pejabat tentang kemandirian energi tak lebih dari bahan lelucon. Komedi gelap tentang negeri yang pandai bermimpi besar, tapi gagap menghadapi api yang berkali-kali menyala di halamannya sendiri. | Penulis Host JUST TALKS Jurnal Poliitik TV

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

SOAL PAJAK BERKEADILAN : Pemerintah Zalim Jika Abaikan Fatwa MUI

NEWS & TALKS | VISIBANGSA.COM - Fatwa terbaru Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai pajak berkeadilan mendapat sambutan hangat dari...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img