Bayangkan, suatu pagi deru bus sekolah berwarna hijau muda terdengar memecah sepi jalanan kampung, di pelosok pedesaan. Anak-anak dengan seragam sederhana berlarian naik, wajah mereka sumringah. Ya, bus itu bukan sekadar kendaraan, melainkan simbol perubahan yang tengah berlangsung.
OPINI SOSIAL POLITIK | VISIBANGSA.COM – Sejak Dedi Mulyadi—akrab disapa KDM—menjabat Gubernur Jawa Barat, akses pendidikan di desa-desa mulai mendapat perhatian khusus.
KDM tahu betul, Jawa Barat bukan hanya Bandung, Bekasi, atau Depok. Ada 50 juta jiwa yang hidup di berbagai lanskap—dari metropolitan penuh gedung hingga kampung yang jalannya masih becek bila hujan. “Pendidikan harus merata, jangan hanya bagus di kota,” kata KDM suatu kali.
Pendidikan: Dari Toilet Sekolah Hingga Martabat Guru
Bagi KDM, pemerataan pendidikan dimulai dari hal paling sederhana. Toilet sekolah yang layak, air bersih, dan guru yang benar-benar mengabdi di tempat mereka tinggal. Ia memutus tradisi lama: mutasi kepala sekolah tidak lagi sekadar rotasi birokrasi, tetapi bagian dari strategi agar sekolah dipimpin orang yang paham daerahnya.
Namun kebijakan ini juga menimbulkan riak. Ada yang menilai mutasi terlalu mendadak, ada pula yang menyebut distribusi guru tetap timpang. Meski begitu, KDM yakin fondasi yang ia bangun bisa menutup kesenjangan lama antara sekolah kota dan desa.
Lingkungan: Dari Larangan Alih Fungsi Lahan ke Sungai yang Dihidupkan Kembali
Jawa Barat kerap menjadi halaman depan berita soal banjir dan longsor. Bukan rahasia, alih fungsi lahan dan lemahnya pengawasan menjadi biang masalah. KDM mencoba menempuh jalur berani: pergub larangan alih fungsi lahan dan relokasi warga dari bantaran sungai.
Tak sedikit yang menilai kebijakan ini keras. Relokasi bisa melukai ikatan warga dengan tanahnya, dan sengketa dengan korporasi tak pernah sederhana. Tapi di sisi lain, suara alam sudah terlalu sering memberi tanda. Sungai yang kembali jernih, hutan yang direboisasi, dan insentif karbon untuk desa-desa penjaga hutan adalah taruhan besar KDM agar generasi mendatang masih bisa menikmati Jawa Barat yang hijau.
Ekonomi Rakyat: Jalan Mulus, Kampung Berbenah
Jalan mulus bukan hanya soal kenyamanan berkendara. Bagi pedagang sayur dari Cianjur selatan, itu berarti dagangan bisa sampai pasar lebih cepat, lebih segar, dan lebih laku. Program “Jalan Leucir”—istilah Sunda untuk jalan mulus—menjadi salah satu ikon KDM.
Tak berhenti di situ, program “Bebenah Kampung” menargetkan nol rumah tidak layak huni pada 2028. Pasar rakyat direnovasi, UMKM digandeng untuk masuk ekosistem digital. Semua bergerak dengan satu semangat: ekonomi rakyat tidak boleh kalah oleh dominasi modal besar.
Tentu ada skeptisisme. Jalan yang dibangun harus dirawat, rumah yang diperbaiki butuh keberlanjutan, dan UMKM tidak bisa hanya hidup dari subsidi. Tapi optimismenya jelas: rakyat kecil diberi panggung.
Antara Realita dan Harapan
Spektrum kebijakan KDM menghadirkan wajah baru Jawa Barat. Di satu sisi, kebijakan-kebijakan ini terasa populis, penuh janji, dan menantang birokrasi lama. Di sisi lain, jika dieksekusi konsisten, ia bisa menjadi model pembangunan berbasis desa yang selama ini hanya jadi jargon.
Bukan tidak mungkin, Jawa Barat kelak dikenal bukan hanya sebagai provinsi dengan penduduk terbanyak, tetapi juga sebagai pelopor pembangunan yang ramah rakyat dan ramah lingkungan.
Dan mungkin, bus sekolah yang lewat di jalanan kampung tadi, adalah pertanda kecil bahwa perubahan sedang benar-benar bergerak. | Penulis Host JUST TALKS Jurnal Politik TV – Pembina Amal Mulasara Buwana
